Sistem Proyeksi Peta: Kenapa Bumi Bulat tapi Petanya Datar?

Gimana caranya menggambarkan Bumi? Cara paling tradisional dan "gampang" adalah dengan globe. Karena globe betul-betul menggambarkan bentuk Bumi yang bulat. Masalahnya adalah: siapa yang mau ngantongin globe kemana-mana? Apalagi globe lemah untuk menggambarkan muka Bumi untuk skala detail. Butuh ukuran globe yang buesaaar sekali untuk bisa menggambarkan peta Kabupaten Bogor secara detail. Maka solusinya: datarkan Bumi! Bumi harus bisa digambarkan pada bidang datar, seperti kertas, atau layar handphonemu. Caranya? Dengan sistem proyeksi.

Atau, pernah nggak, waktu lihat peta dunia, kamu berpikir, “Kenapa Greenland gede banget? Padahal katanya cuma pulau kecil di utara sana!” Kalau kamu merasa begitu, kamu nggak sendirian. Itu semua gara-gara yang namanya sistem proyeksi peta.

Peta dunia pada Google Maps: Greenland nampak "superior" sebesar Afrika

Apa Itu Sistem Proyeksi?

Sebelum kita bahas lebih jauh, pastikan kita punya iman yang sama. Ya, iman pada Bumi yang bulat. Lalu bayangin ini: Bumi kita bentuknya bulat (tepatnya, geoid—agak bulat gepeng di kutub). Nah, kalau kamu coba gambar sesuatu yang bulat di permukaan datar, misalnya gambar bola di selembar kertas, pasti bentuknya bakal terdistorsi. Atau coba bayangin kamu punya jeruk, kamu kupas, coba datarkan kulitnya. Bisa? Pasti sobek-sobek kan? Itu yang terjadi saat kita menggambar Bumi di peta dua dimensi (2D).

Sistem proyeksi adalah metode yang digunakan untuk mengubah permukaan Bumi yang tiga dimensi (3D) menjadi peta 2D. Masalahnya, Bumi yang bulat ini nggak bisa dipindahkan ke peta datar tanpa sedikit banyak merusak bentuk, jarak, atau luasannya. Makanya, berbagai proyeksi dibuat untuk menyesuaikan kebutuhan.

Bagaimana prinsip kerjanya?

Bayangkan bumi adalah sebuah bola. Lalu di dalamnya dipasang lampu. Bola itu lalu diselimuti kertas atau kain putih berbentuk tabung/silinder, kerucut, atau kertas datar. Saat lampu dinyalakan, maka permukaan bola akan tercetak pada bidang kertas. Sesederhana itu kah? Tentunya tidak, sobat. Bentuk Bumi yang kompleks membutuhkan perhitungan dan permodelan yang rumit. Beruntungnya, kita sekarang tinggal pakai saja prebuild sistem yang sudah banyak tersedia di software-software GIS.

3 jenis sistem proyeksi: cylindrical, conical, dan planar (sumber: Coordinate Reference Systems — QGIS Documentation documentation)

Kenapa Butuh Banyak Proyeksi?

Nah, di sinilah masalah muncul. Tidak ada satu proyeksi pun yang bisa menggambarkan seluruh permukaan Bumi dengan sempurna. Masing-masing proyeksi mengorbankan satu hal: bentuk, ukuran, jarak, atau arah.

Contoh:

  1. Proyeksi Mercator: Ini yang bikin Greenland tampak sebesar Afrika! Proyeksi ini mempertahankan arah (cocok buat navigasi), tapi ukuran wilayah di dekat kutub jadi melar. Fun fact: Greenland sebenarnya cuma 2 juta km², sementara Afrika 30 juta km². Tapi di peta Mercator, mereka kelihatan hampir sama besar!

  2. Proyeksi Peters: Beda dari Mercator, Peters fokus mempertahankan luasan wilayah, tapi bentuk negara-negara jadi agak “ditekan” atau melebar. Benua Afrika, misalnya, terlihat lebih besar dan proporsional, tapi bentuknya jadi aneh.

  3. Proyeksi Azimuthal: Cocok untuk peta kutub karena menjaga jarak dari titik pusat. Jadi, kalau kamu lihat peta kutub utara, proyeksi ini yang bikin jarak terlihat akurat.

Setiap proyeksi punya plus dan minus tergantung tujuan peta tersebut.

Kenapa Proyeksi Itu Penting?

Terkadang kita merasa proyeksi cuma masalah visual. Tapi, di dunia nyata, proyeksi penting banget, terutama di bidang-bidang seperti:

  • Navigasi: Proyeksi Mercator dipakai sejak dulu karena sangat membantu pelaut untuk menentukan arah dengan benar.
  • Pemetaan wilayah: Kalau kamu lagi mengerjakan tugas geografis atau menghitung luas wilayah, kamu pasti butuh proyeksi yang mempertahankan ukuran area.
  • GIS (Sistem Informasi Geografis): Proyeksi peta yang tepat sangat penting di GIS untuk memastikan data geografis bisa dipakai secara akurat. Misalnya, kamu butuh proyeksi yang tepat kalau sedang memetakan wilayah konservasi hutan, supaya luasannya tidak terdistorsi.

Sejarah Proyeksi Mercator dan Gerhardus Mercator

Gerhardus Mercator - pencetus sistem proyeksi Mercator. Dialah yang bertanggungjawab pada peta dunia yang sekarang sering kita lihat dimana-mana. Juga bertanggungjawab pada ilusi Greenland


Sekarang mari kita bahas tokoh di balik salah satu proyeksi peta paling terkenal: Gerhardus Mercator. Lahir dengan nama Gerhard Kremer pada 5 Maret 1512 di Flanders (sekarang bagian dari Belgia), Mercator adalah seorang kartografer, filsuf, dan matematikawan yang sangat berpengaruh. Nama "Mercator" sendiri sebenarnya adalah versi Latin dari nama Kremer, yang berarti "pedagang."

Mercator dikenal karena menciptakan proyeksi Mercator pada tahun 1569, sebuah sistem proyeksi peta yang dirancang khusus untuk keperluan navigasi laut. Pada saat itu, pelaut sangat membutuhkan peta yang bisa menampilkan jalur arah yang lurus (rhumb lines) untuk membantu mereka mengarungi samudra. Proyeksi Mercator memperbaiki masalah ini dengan mempertahankan arah yang benar, sehingga para pelaut bisa menggambar jalur yang lurus di peta mereka dan tetap berada di lintasan yang sama di dunia nyata.

Namun, ada harga yang harus dibayar: ukuran wilayah semakin terdistorsi semakin jauh dari ekuator. Di dekat kutub, wilayah seperti Greenland dan Antartika terlihat jauh lebih besar dari ukuran sebenarnya. Tapi karena fokus utama Mercator adalah mempermudah navigasi, bukan untuk memperlihatkan peta yang proporsional, distorsi ini dianggap "pengorbanan yang bisa diterima."

Mercator juga berperan besar dalam pengembangan atlas, yaitu kumpulan peta dalam satu buku. Istilah "atlas" yang kita kenal sekarang sebenarnya diciptakan oleh Mercator sendiri, terinspirasi dari mitologi Yunani tentang dewa Atlas yang memikul dunia di pundaknya.

Proyeksi yang Populer di Era Digital

Di era modern, kita nggak lagi harus pakai peta kertas seperti zaman Columbus. Sekarang kita punya peta digital yang bisa digeser dan diperbesar sesuka hati, seperti di Google Maps. Tapi, meski begitu, sistem proyeksi masih dipakai di latar belakang.

  • Web Mercator: Proyeksi ini digunakan oleh Google Maps dan banyak aplikasi peta digital lainnya. Meski tetap mempertahankan distorsi Mercator (ya, Greenland masih kelihatan jumbo), proyeksi ini cocok untuk zoom in dan zoom out yang smooth di layar digital.

  • Universal Transverse Mercator (UTM): Proyeksi ini banyak dipakai untuk pemetaan yang lebih mendetail. UTM membagi Bumi ke dalam zona-zona, sehingga lebih akurat dalam skala lokal. Jadi, kalau kamu lagi nge-GPS di lapangan, kemungkinan besar sistem proyeksi yang kamu pakai adalah UTM. Misalnya, sebagian besar wilayah Jawa Barat masuk dalam UTM zona 48 south. Kamu bisa cek wilayah dimana kamu berada masuk ke UTM zona yang mana dengan mengakses website ini: What UTM Zone am I in ? - Interactive Web Map (mangomap.com)

Fun Fact Proyeksi

Tahu nggak, kalau peta dunia yang sering kita lihat dari kecil itu sebenarnya agak "bias"? Peta Mercator yang umum digunakan selama berabad-abad bikin Eropa dan Amerika Utara kelihatan lebih besar daripada kenyataannya. Hal ini pernah jadi bahan diskusi serius karena dianggap mempengaruhi pandangan geopolitik dunia. Negara-negara di Afrika dan Asia sering kelihatan lebih kecil dari ukuran aslinya. Ada yang bilang ini "bias kolonial" karena peta tersebut dibuat oleh negara-negara Eropa yang sedang menjajah! 😅

Menariknya, ada website yang bisa menggambarkan ukuran asli dari tiap negara. Kamu bisa bandingkan Greenland dengan Afrika disana. Cek websitenya disini: The True Size Of ...

Greenland ternyata tidak lebih besar dari Indonesia

Kesimpulan

Jadi, apa pelajaran yang bisa kita ambil? Sistem proyeksi itu penting untuk memahami bagaimana peta dibuat dan bagaimana kita melihat dunia. Setiap proyeksi punya kegunaannya masing-masing, dan tidak ada yang sempurna. Entah itu untuk navigasi, pemetaan wilayah, atau sekadar scrolling di Google Maps, kita menggunakan proyeksi untuk membuat dunia yang bulat ini bisa kita "baca" di atas kertas (atau layar).

Ingat, kalau kamu lihat peta dan berpikir, "Kenapa negara ini kok besar banget?", mungkin itu hanya ilusi dari sistem proyeksi. Jadi, kalau ada temanmu yang mengira Greenland sebesar Afrika, kamu sudah tahu jawabannya: Sistem proyeksi-lah yang bertanggung jawab! 😄

p.s.: Ada video menarik yang membahas sistem proyeksi yang tidak ada yang sempurna. Yuk disimak:

Certified remote pilot | interested in research related to geoinformatics, WebGIS, and UAV/drone | research student at Center for Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba University, Japan

Posting Komentar