Pada post ini, saya akan share pengalaman saya yang baru saja dialami tentang modus penipuan blokir telepon rumah.
Kronologi
Hari Sabtu, 31 Desember 2022, hari terakhir di 2022, jam 11:30, saya masih disibukkan dengan deadline pekerjaan yang harus selesai sebelum terompet tahun baru nyaring dibunyikan. Bukan, untungnya bukan terompet malaikat Isrofil. Sebelum akhirnya telepon rumah saya berdering. FYI, telepon rumah ini yang tau hanya keluarga saya saja. Dan petugas Telkom tentunya. Karena istri sedang di bawah ngasuh anak, saya pikir: ngapain istri iseng telepon suaminya. Setelah saya angkat, suara yang muncul adalah suara otomatis yang berbunyi: “nomor telepon anda akan segera diblokir. Untuk informasi lebih lanjut, tekan 1”.
Denger begitu, panik donk! Masa nggak, ya kan…
Segera saya tekan 1. Lalu di ujung sana, muncul suara mbak-mbak (atau tante-tante?) yang ngakunya operator dari telkom.
Mbak-mbak Telkom (T): Halo, selamat siang! Dengan (saya lupa nama mbaknya, anggap saja mawar) ada yang bisa dibantu?
Saya (S): Ya, selamat siang. Saya baru terima notifikasi nomor telepon saya akan diblokir
T (selanjutnya kita sebut saja M, mawar): Oh baik pak. Dengan siapa saya bicara?
S: saya Arif
M: Baik pak Arif. Laporan seperti ini memang sedang sering kami terima akhir-akhir ini. Saya bantu cek dulu ya pak.
S: OK
Si M lalu terdengar sibuk. Entah ngapain. Tapi yang pasti bukan sibuk bungkusin paket JNE. Lalu…
M: Pak Arif. Setelah kami cek, ada 2 nomor telepon yang terdaftar atas nama bapak. Nomor (061)82828828 (saya lupa nomor yang dia sebutkan) (dan saya juga nggak hafal nomor telepon rumah saya. Hihi) tercatat menunggak bayaran selama 2 bulan. Apakah bapak sudah melakukan pembayaran?
S: Seingat saya sih sudah mbak.
M: Baik pak. Disini saya lihat nomor bapak terdaftar sejak Maret 2022 di Medan, Sumatera Utara.
Kaget donk saya. Sejak kapan saya punya rumah di Medan? Dari sini saya mulai curiga.
S: Wah, kyknya salah mbak. Saya nggak pernah ke Medan. Boro-boro daftarin nomor telepon disana. Mungkin namanya saja kebetulan sama dengan saya. Nama saya kan pasaran mbak.
M: Kalo sama tidak mungkin pak. Karena di data kami, nama bapak bersanding dengan 2 nomor telepon. Apa bapak sebelumnya pernah memberikan identitas bapak pada orang lain? Untuk pengurusan pembuatan rekening bank misalnya?
S: Hmm… Nggak pernah tuh
M: Tapi ini betul di data kami memang ada 2 nomor telepon terdaftar atas nama Bapak. Salah satunya di Medan, Sumatera Utara. Tagihannya sudah cukup banyak pak. Sekitar 2 juta
Waw! Kaget lagi donk saya. Akhir tahun, kebutuhan lagi banyak-banyaknya ya kan. Ini ditagih 2 juta pula.
S: Jadi gimana donk mbak?
M: Kami sarankan bapak untuk segera membuat laporan ke pihak kepolisian di Sumatera Utara. Untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut
S: Hmmm… gitu ya?
M: Iya pak. Kami bisa membantu juga untuk membuat JALUR KHUSUS yang bisa menghubungkan langsung bapak dengan Polda Sumatera Utara untuk pembuatan laporan.
Saya mikir, ini sih udah pasti penipuan.
M: Halo pak?
S: Oh ya mbak. Maaf saya tadi mikir dulu. Gini aja deh, saya tunggu aja 2 jam lagi. Kalau memang ada pemblokiran, saya akan buat laporan ke Polda Sumatera Utara. Saya langsung pergi kesana aja mbak. Kebetulan saya lagi nggak ada kerjaan (dalam ati: haduh kerjaan numpuk gini lu suruh ke Medan sono)
M: Kenapa begitu pak? (dia kepo)
S: Ya nggak papa. Saya penasaran aja kalo diblokir itu gimana rasanya.
M: Oh begitu. Baik pak. Terima kasih
Telepon pun ditutup. Sangat tidak mencerminkan customer service sungguhan.
Sayangnya memang saya tidak melanjutkan skenario yang mereka buat. Dugaan saya, kalau saya terima tawaran mereka untuk “dihubungkan” secara langsung lewat jalur khusus (BTW, keren juga Telkom bisa buat jalur khusus ke Polda), maka akan ada om-om yang ngakunya sebagai Kapolda Sumatera Utara yang akan bicara di balik telepon. Pasti akan ada logat bataknya, dan dengan nada membentak-bentak khas orang Medan. Saya yang kejawa-jawaan ini kan sudah barang tentu akan dibikin keder olehnya. Ujung-ujungnya, bisa jadi mereka akan minta sejumlah uang sebagai biaya pembuatan laporan. Yah daripada ilang duit 2 juta, mending kasih 500rebu buat isilop gadungan itu kan? Gitu jalan skenarionya. Btw, dugaan saya kuat sekali mereka akan memunculkan sosok “Kapolda Sumatera Utara”, ini khas penipuan sekali. Anda tau kan? Ngapain coba seorang Kapolda ngurusin laporan ecek-ecek begini. Luar biasa memang mbak Mawar ini.
Poin-poin Menarik
Tapi dari pengalaman ini ada beberapa poin menarik:
- Cara mereka cukup rapi. Mereka kontak ke telepon rumah, yang bukan modus umum penipuan. Lalu seolah-olah betul dari operator, karena pakai suara otomatis. Dan dengan menekan 1 tombol, langsung terhubung ke “operator”. Cukup rapi. Dan cukup bermodal.
- Yang bicara di balik telepon adalah wanita, cewek guys. Bukan laki-laki berlogat Palembang yang kita kenal khas sebagai penipu. Trust kita pasti akan lebih tinggi donk kalo yang ngomong cewek. Bukan pake logat Palembang pula.
- Menyebutkan nominal tagihan yang cukup besar. Ini sebagai umpan. Supaya kita mau beri mereka sejumlah uang, yang pastinya nggak lebih gede atau mungkin sama dengan itu. Yah sekali lagi, mending bayar 500rebu, daripada ilang 2 juta.
- Menyebutkan kota yang jauh. Nampaknya gerombolan ini sengaja menargetkan nomor telepon di sekitar Jabodetabek (mungkin?), lalu menyebutkan bahwa ada nomor lain yang terdaftar atas nama kita, tapi di kota yang jauh: Medan. Orang Jabodetabek mana yang mau repot-repot ngurus laporan kepolisian ke Medan sono.
- Pemilihan Medan juga mungkin karena logat dan gaya bicaranya yang khas. Seperti dugaan saya, pak Kapolda Sumatera Utara (pura-puranya) yang akan muncul, pasti pakai logat Medan, yang, you know lah.
Ya, begitu lah kira-kira share pengalaman saya hari ini. Tadi juga saya sempat browsing dan dapat beberapa post yang sama. Dan ternyata terjadi baru-baru ini juga. Artinya, ini modus yang sedang marak. So, terus hati-hati. Karena penipu sekarang jauh lebih cerdas. Kita harus terus mengupgrade diri. Jangan sampai terpancing.